Penyakit hati tidak datang seketika tapi butuh waktu 20-30 tahun saat risiko itu muncul dalam tubuh. Agar hati tak rusak, jauhi dari faktor-faktor pemicunya.
Karena hati juga berfungsi menetralkan racun yang masuk dalam tubuh dan menghasilkan protein yang melindungi tubuh dari infeksi dan pendarahan maka jika ia tak bekerja sempurna akan menimbulkan penyakit serius mulai hepatitis A hingga kanker hati.
Berikut adalah beberapa faktor yang bisa bikin hati rusak dan tips mencegahnya seperti dilansir IndiaToday, Rabu (18/1/2012):
1. Dari Makanan
Yang paling penting dari makanan untuk hati sehat adalah kombinasi yang seimbang antara karbohidrat, lemak dan protein. Jika terlalu banyak akan berbahaya bagi tubuh. Makan berlebihan akan meningkatkan beban kerja hati dan mengurangi kapasitasnya untuk dapat berfungsi dengan baik.
Mengkonsumsi terlalu banyak kalori, terutama dalam bentuk lemak dan alkohol, akan menyebabkan kelebihan yang disimpan dalam hati, sehingga menyebabkan cedera dan mengganggu fungsi hati.
"Setidaknya 40% dari makanan harus terdiri dari buah dan sayuran mentah yang dapat meningkatkan kandungan serat, membantu penyerapan lemak, dan membersihkan usus. Lemak baik, yaitu asam lemak esensial yang terkandung dalam makanan seperti minyak ikan, sangat diperlukan oleh membran di setiap sel tubuh dan menjaga fungsi hati yang baik," kata Dr Samiran Nundy dari departemen gastroenterologi bedah dan transplantasi hati, Sir Ganga Ram Hospital, New Delhi.
Untuk menjaga makanan tetap bersih, pastikan minum air yang sudah direbus dan memakan makanan yang bersih. Batasi asupan alkohol hingga tidak lebih dari dua gelas sehari untuk pria dan satu gelas sehari untuk wanita. Selain itu, banyak minum air, karena juga akan membantu hati dengan menghilangkan racun melalui ginjal.
2. Beban Kerja Hati Meningkat
Penderita penyakit hati memiliki gejala lesu, kulit pucat dan gangguan yang berkembang menjadi penyakit kuning, perut kembung terisi cairan, muntah darah, kanker, koma hingga kematian. Tiga penyakit hati yang paling sering menyerang adalah fatty liver, hepatitis dan sirosis. Masing-masing penyakit membutuhkan penanganan khusus.
Fatty liver adalah suatu kondisi dimana lemak banyak terakumulasi dalam sel-sel hati dan mengganggu fungsinya. Penyebabnya ada banyak, yang paling umum adalah makan berlebihan, serta kekurangan gizi karena kurangnya asupan protein esensial dan vitamin, dan asupan alkohol yang berlebihan.
"Lemak berlebihan yang tidak diinginkan dalam hati dapat memicu kerusakan sel hati dan seringkali berkembang menjadi sirosis, di mana hati menjadi keras, coklat, kecil, dan berbintil-bintil. Jadi, mengobati hati yang berlemak harus segera dilakukan sejak dini. Lebih dari obat-obatan apapun, cara terbaik adalah mengubah pola makan dengan memakan lebih sedikit kalori, protein dan lemak, berolahraga secara teratur dan membatasi asupan alkohol," kata Dr Mahendran Govindasamy dari departemen gastroenterologi bedah dan transplantasi hati, Sir Ganga Ram Hospital, New Delhi.
Hepatitis adalah peradangan hati karena virus dalam air yang terkontaminasi, hubungan sex, dan jarum suntik yang digunakan kembali. Hepatitits umumnya dikenal sebagai penyakit kuning. Pada penyakit ini, makanan harus mengandung banyak karbohidrat (50-60 %), protein nabati (20-30%) dan sedikit lemak (10-20%).
Makanan yang direkomendasikan adalah buah segar dan jus buah, sayuran, dan protein nabati. Akan lebih baik jika menghindari gorengan berminyak, acar asin, makanan cepat saji, gula, alkohol dan daging merah.
Sedangkan sirosis merupakan tahap akhir dari penyakit hati. Terkadang bisa tanpa gejala awal, tapi kemudian terjadi masalah karena retensi garam dan air, sehingga menyebabkan pembengkakan perut dan kaki. Selain makanan yang dianjurkan untuk mengatasi hepatitis, penderita sirosis harus dibatasi asupan garam dan air.
"Asupan garam harus tidak lebih dari 2 gram (satu sendok teh) dan tidak lebih dari 1.500 ml (tujuh gelas penuh) cairan per hari. Akan lebih baik jika memakan makanan vegetarian karena protein hewani menyebabkan akumulasi amonia dalam darah yang menyebabkan hati berhenti berfungsi," pungkas Dr Govindasamy.
Sumber