Image and video hosting by TinyPic

Gunakan Celana Dalam Boxer untuk Cegah Gangguan Kesuburan

img Celana yang terlalu ketat diketahui bisa mempengaruhi kualitas sperma yang dimiliki laki-laki. Untuk itu bagi laki-laki yang mengalami gangguan kesuburan disarankan gunakan celana dalam boxer saat tidur.

Pembentukan spermatozoa (spermatogenesis) membutuhkan suhu testis 2-4 derajat celsius lebih rendah dari suhu tubuh. Jika suhunya terlalu tinggi maka spermatozoa akan matang dan mati sebelum keluar dari testis.

dr Ponco Birowo, SpU, PhD dalam acara seminar media 'Faktor Spermatozoa Penyebab Infertilitas Pria' di Hotel Akmani, Jakarta, Rabu (22/2/2012) menuturkan testis butuh suhu tubuh 32-34 derajat celsius, kenaikan setengah derajat saja bisa berhenti produksi.

"Kalau punya gangguan sebaiknya kalau tidur pakai celana dalam boxer atau yang longgar, jangan pakai celana yang ketat karena bisa menaikkan suhu di testis," ujar dr Ponco yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Asri Urology Center.

Beberapa gaya hidup juga diketahui bisa memperburuk kualitas sperma seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, suka berendam di air panas, sauna, memangku laptop saat bekerja serta sering memakai celana dalam yang ketat.

Pada laki-laki yang mengalami gangguan kesuburan atau infertilitas, maka gaya hidup yang kurang baik tersebut harus dihilangkan, salah satunya dengan mengganti celana dalam saat tidur dengan yang longgar.

"Buat yang belum punya keturunan sebaiknya jangan pangku laptop, tapi kalau pangku istri boleh. Kalau laptopnya bagus bisa menaikkan suhu hingga 3 derajat, tapi kalau laptopnya enggak bagus bisa naikkan 8 derajat," ungkapnya.

Pasangan suami istri sebaiknya mulai memeriksakan kesuburannya jika dalam waktu setahun setelah pernikahan tidak juga hamil atau memiliki anak meski melakukan hubungan seks secara teratur dan tidak menggunakan kontrasepsi. Tidak semua gangguan kesuburan akibat perempuan, karena sekitar 30 persen gangguan kesuburan terjadi pada laki-laki.

"Periksa laki-laki lebih gampang dan lebih enak, karena hanya tampung sperma lalu periksa laboratorium. Kalau hasilnya azoosperma bisa akibat ada sumbatan atau memang tidak produksi sperma," ujar dr Ponco.

Penyebabnya bisa karena kelainan bawaan seperti testis tidak berada di tempatnya, testis terpuntir, penggunaan hormon testosteron yang tidak tepat, riwayat pengobatan kanker, atau operasi yang dilakukan menyebabkan sumbatan.

"Riwayat penyakit infeksi juga penting diperhatikan terutama infeksi menular seksual, karena bisa menyebabkan sumbatan saluran spermatozoa sekaligus merusak pabriknya," ujar dr Ponco yang lahir di Bogor, 5 November 1972.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan hormon (FSH, LH dan testosteron) dan USG skrotum, tapi biasanya diagnosis pasti dilakukan dengan operasi atau bedah minor.

Meski begitu ada pula faktor non-spermatozoa yang bisa mempengaruhi ketidaksuburan seperti kelainan seksual (gairah rendah, disfungsi ereksi, gangguan ejakulasi atau kelainan bentuk anatomi penis sehingga tidak bisa senggama) atau akibat jarang berhubungan seks.

Sumber

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons